Sebagai sumber yang tak ternilai bagi pendidikan sejarah museum memberikan kemungkinan yang tak terbatas bagi peserta didik untuk dilatih ke arah “learning by observing” pada berbagai hasil karya dan prestasi masyarakat dan bangsa. Tanpa museum pendidikan sejarah tidak mungkin melakukan proses pendidikan “learning by observing” sedangkan kemampuan yang diperoleh dari “learning by observing” sangat penting sebagai salah satu kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari apa yang sedang terjadi di masyarakat dan mendekatkan sejarah sebagai pelajaran untuk kehidupan. Koleksi yang dimiliki suatu museum merupakan sumber belajar konkrit bagi peserta didik.
Media-media alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang pembelajaran sejarah adalah benda-benda koleksi museum. Ketersediaan media pembelajaran ini didukung dengan keberadaan Museum Gula Jawa Tengah yang berjarah 2 kilo meter dari SMA N 2 Klaten.
Keberadaan Museum Gula di kompleks Pabrik Gula Gondang Baru mempunyai nilai historis yang tinggi. Pemanfaatan Museum Gula Jawa Tengah sebagai sumber belajar diharapkan dapat memperkaya pengetahuan sejarah dan dapat menumbuhkan minat serta kesadaran sejarah. Kita jangan sampai melupakan bahwa sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
Museum dan benda-benda sejarah adalah satu keatuan yang tidak dapat dipisahkan. Museum merupakan bangunan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan, merawat benda-benda yang mempunyai nilai tertentu, seperti nilai sejarah, seni, dan budaya (Piter Salim dan Yenny Salim, 1991: 235). Museum bukan sekedar sebagai tempat menyimpan dan merawat benda- benda yang memiliki nilai sejarah, tetapi museum didirikan untuk pelestarian dan pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa.
Walaupun museum tidak menjadi bagian dari sistem pembelajaran yang dilembagakan, namun hubungan dengan pembelajaran sudah erat sejak lama (Schouten, 1991: 69). Bagi peserta didik di sekolah keberadaan museum sebenarnya sangat menunjang untuk melihat dan memahami langsung sebuah hasil budaya dan sebagai laboratorium yang menyenangkan dan inspiratif bagi peserta didik. Museum merupakan sumber belajar yang sangat tepat untuk mengembangkan imajinasi peserta didik.
Museum sangat erat hubungannya dengan peninggalan sejarah. Museum merupakan tempat atau wadah yang digunakan untuk meneliti benda-benda yang memiliki nilai sejarah. Oleh karena itu, museum merupakan tempat yang cocok untuk mengasah keingintahuan peserta didik dalam proses mengamati, mencatat dan mendengar informasi yang diperoleh dari pengelola museum. Informasi yang didapat akan menjadi sumber belajar baru bagi peserta didik yang didapat dengan cara melihat sendiri. Koleksi-koleksi museum yang sangat beragam ini sangat cocok untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Selama ini pembelajaran sejarah disekolah kurang begitu diminati oleh peserta didik. Peserta didik jenuh dengan pembelajaran yang hanya dilakukan didalam kelas. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah akan lebih menarik jika sekali-kali siswa diajak untuk keluar dari kebiasaan selama ini yaitu berada di
dalam kelas. Peserta didik dapat diajak ke berbagai tempat bersejarah yang dapat mengasah kreativitas dan berfikir kritis siswa, seperti ke candi, monumen, museum dan lain-lain. Sebagai salah satu tempat bersejarah, museum merupakan salah satu tempat yang cocok untuk belajar sejarah.
Sebagai sumber yang tak ternilai bagi pendidikan sejarah museum memberikan kemungkinan yang tak terbatas bagi peserta didik untuk dilatih ke arah “learning by observing” pada berbagai hasil karya dan prestasi masyarakat dan bangsa. Tanpa museum pendidikan sejarah tidak mungkin melakukan proses pendidikan “learning by observing” sedangkan kemampuan yang diperoleh dari “learning by observing” sangat penting sebagai salah satu kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari apa yang sedang terjadi di masyarakat dan mendekatkan sejarah sebagai pelajaran untuk kehidupan (S. Hamid Hasan, 2006: 7).
Koleksi yang dimiliki suatu museum merupakan sumber belajar konkrit bagi peserta didik dan dapat mengurangi verbalistis belajar sejarah. Dengan adanya koleksi tersebut pendidikan sejarah dapat menerapkan proses pendidikan “concept”, “concept formation”, dan “concept discrimination” yang akan menjadi dasar kuat bagi pengembangan kemampuan berfikir analitis dan kausalitas (S. Hamid Hasan, 2006: 7).
Pembelajaran melalui kunjungan ke museum menjadi sangat populer di Indonesia. Sudah diketahui bahwa museum dapat memberikan manfaat bagi pendidikan di semua tingkatan karena menyediakan objek sejarah dan buda, hal itu memberikan dorongan baru pada metode pendidikan. Koleksi-koleksi yang ada di museum menjadi bantuan yang berharga bagi guru dalam memberikan kehidupan dan realitas pembelajaran di sekolah dalam pendidikan formal. Kunjungan kelas ke museum dilakukan secara terorganisasi telah menjadi pembelajaran di hampir semua negara di Eropa dan Amerika (Bachtiar Alamsyah, 2016: 6).
Memanfaatkan sumber belajar secara tepat artinya memilih alat sesuai materi yang dibahas pada saat tepat, sehingga dapat berfungsi memperjelas konsep yang disampaikan. Terkait dengan diberlakukannya Kurikulum 2013,
pembelajaran sejarah dibuka seluas-luasnya untuk menggunakan sumber belajar sebebas-bebasnya demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru dapat memilih sumber-sumber belajar yang sesuai dengan materi. Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru sejarah di Kabupaten Klaten salah satunya adalah Museum Gula Jawa Tengah.
Keberadaan Museum Gula di kompleks Pabrik Gula Gondang Baru mempunyai nilai historis yang tinggi. Pemanfaatan Museum Gula Jawa Tengah sebagai sumber belajar diharapkan dapat memperkaya pengetahuan sejarah dan dapat menumbuhkan minat serta kesadaran sejarah. Kita jangan sampai melupakan bahwa sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa, baik masa kini maupun masa yang akan datang (Widja, 1989: 100).
Melalui Museum Gula Jawa Tengah sebagai media pembelajaran, hal ini sesuai dalam Kurikulum 2013. Diharapkan peserta didik tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu melakukan penulisan setiap peristiwa sejarah yang terjadi. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat mengaitkan berbagai peristiwa di daerahnya dengan peristiwa yang terjadi di tingkat nasional maupun global.
Museum memiliki potensi untuk membekali generasi muda bangsa dengan mentalitas baik, melalui penggalian, dan pentranformasian, serta internalisasi nilai-nilai luhur atau kearifan lokal yang terdeposit dalam peninggalan budaya generasi pendahulu, yang berasal dari karya seni, tinggalan arkeologi, dan artefak sejarah dari ilmu pengetahuan (Anis Munandziroh, 2016: 4). Agar kesadaran sejarah siswa kembali tergugah, mengingat begitu pentingnya posisi museum gula tersebut dalam pembelajaran sejarah bangsa Indonesia, maka perlu diintegrasikan dalam pembelajaran. Disamping itu, akan tumbuh dampak pengiring yakni tumbuhnya rasa kebanggan dalam diri siswa.
Dalam proses pembelajaran di sekolah menengah, mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki tujuan-tujuan tertentu, mata Pelajaran Sejarah Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
- Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkan empati dan perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang ehidupan masyarakat dan bangsa;
- Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri, masyarakat, dan proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang;
- Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya konsep waktu dan tempat atau ruang dalam rangka memahami perubahan dan keberlanjutan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia;
- Mengembangkan kemampuan berfikir historis yang menjadi dasar untuk kemampuan berfikir logis, kreatif, inspiratif, dan inovatif;
- Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau;
- Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat dan bangsa;
- Menanamkan sikap berorientasi pada masa kini dan masa depan.
Pemanfaatan Museum Gula Jawa Tengah sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah khususnya pada pokok bahasan materi KD (Kompetensi Dasar) menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat di Indonesia (Portugis, Belanda, dan Inggris) dan menganalisis dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) dalam kehidupan Bangsa Indonesia masa kini merupakan pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan siswa. Dengan pemanfaatan ini maka akan mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Siswa akan mampu mengidentidfikasi apa saja yang nampak pada pengamatan di Museum Gula Jawa Tengah sebagai sumber belajar sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Anis Munandziroh. 2016. Pengembangan Media Audiovisual Berbasis Museum Gula Gondang Winangoen Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Menumbuhkan Jiwa Enterpreneurship Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Sragen. UNS: Tesis.
Bachtiar Alamsyah. 2016. Pemanfaatan Museum Isdiman Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Sejarah Bagi Siswa Kelas VII MTs MA’ARIF Nyatnyoto Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. UNNES: SKRIPSI.
Burhan Bunguin. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
I Gde Widja. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. Jakarta: Gramedia.
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edidi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito.
Piter Salim dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English Press.
Sardiman AM, Amurwani Dwi L.. 2017. Sejarah Indonesia: Buku Guru Untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas XI Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Schouten. 1991. Pengantar Didaktif Museum. Jakarta: Proyek Pembinaan Museum Jakarta.S. Hamid Hasan. 2006. Museum Bagi Pendidikan Sejarah Nasional. Diunduh pada 15 April 2019.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19440310196 7101-
SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Museum_Bagi_Pendidikan_Sejarah_N asional.pdf
Wawancara
Bapak Suharto Umur 53 Tahun, Tempat tanggal Lahir Klaten 15 Januari 1966 bekerja sebagai Pengelola Museum Gula Jawa Tengah Sejak 1991.
Kontributor :
Brilliantoro Yusuf Ervanda
Editor :
Pandji Saputra