Jejak Kejayaan yang Memudar: Sepenggal Kisah Eks-Pabrik Gula Ceper, Klaten

Klaten, Jawa Tengah — Di balik reruntuhan bangunan tua yang mulai ditelan waktu, tersimpan kisah kejayaan Eks-Pabrik Gula Ceper yang pernah menjadi penopang ekonomi masyarakat Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pabrik yang berdiri sejak era kolonial Belanda ini tak hanya menjadi simbol kemakmuran, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah industri gula di Indonesia.

Sejarah Berdirinya Pabrik Gula Ceper

Pabrik Gula Ceper didirikan pada tahun 1886 oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian dari upaya mengembangkan industri gula di Hindia Belanda. Lokasinya yang strategis di Kecamatan Ceper, Klaten, dipilih karena tanahnya yang subur dan dekat dengan jalur transportasi kereta api, memudahkan distribusi gula ke berbagai wilayah. Pabrik ini sempat dikelola oleh NV Handelsvereeniging Amsterdam sebelum dinasionalisasi setelah Indonesia merdeka dan berada di bawah naungan PTPN IX.

Kejayaan yang Mulai Memudar

Menurut kesaksian salah satu mantan pegawai Pabrik Gula Ceper yang bekerja sejak tahun 1975 hingga penutupan pabrik, masa kejayaan pabrik mulai meredup menjelang akhir Orde Baru. “Dulu, setiap musim giling, pabrik ini tidak pernah sepi. Petani tebu dan buruh pabrik sama-sama sibuk. Tapi setelah krisis moneter 1998, produksi menurun drastis,” kenangnya. Faktor menurunnya harga gula dan persaingan dengan gula impor menjadi penyebab utama kemunduran pabrik.

Kondisi Terkini: Terbengkalai dan Tak Terawat

Kini, bangunan Eks-Pabrik Gula Ceper tampak tak terurus. Mesin-mesin tua berkarat dan dinding pabrik yang lapuk menjadi pemandangan yang kontras dengan kejayaan masa lalu. Semak belukar tumbuh liar di sekitar area pabrik, dan beberapa bagian bangunan mulai runtuh. Pabrik ini resmi berhenti beroperasi pada tahun 2002 akibat kerugian yang terus menerus.

Tim dari Komunitas Turah Budaya telah mengunjungi Eks-Pabrik Gula Ceper pada tahun 2020 lalu dan menemukan kerusakan parah di hampir seluruh area tersebut. Di dampingi salah satu mantan pegawai eks-Pabrik Gula Ceper, tim Turah Budaya diajak berkeliling area yang telah banyak ditumbuhi semak belukar. Pada salah satu area, terdapat makam Belanda dan makam tokoh lokal, serta terdapat beberapa arca yoni dan arca nandi serta tugu peringatan keberadaan pabrik tersebut. Eks-Pabrik Gula Ceper kini menjadi pengingat bahwa kejayaan industri dapat pudar tanpa inovasi dan adaptasi. Di balik puing-puingnya, tersimpan harapan agar warisan sejarah ini bisa kembali bernyawa di masa depan. (adm)